TIMES BANTEN, BANTEN – Dalam kehidupan modern yang penuh dengan gemerlap dan godaan, manusia sering kali terperangkap dalam tiga penyakit hati yang berbahaya: cinta dunia, takut mati, dan riya. Ketiganya menjadi penghalang utama menuju ketulusan/keikhlasan, ketakwaan, dan kedekatan kepada Allah SWT.
Rasulullah SAW pun telah memperingatkan umatnya tentang bahaya ketiganya, karena jika dibiarkan, dapat merusak amal dan menjauhkan manusia dari surga.
Pertama, cinta dunia adalah kecintaan yang berlebihan terhadap hal-hal duniawi, seperti harta, jabatan, popularitas, dan kenikmatan materi.
Sifat ini bukan berarti bahwa dunia harus dibenci, tetapi bila dunia dijadikan sebagai tujuan hidup utama, maka akan membawa pada kehancuran spiritual.
Terkandang sampai-samapai menuruti akunya menjadikan diri suatu subyek tertentu demi sahwat duniawi dan sahwat riya yang tersembunyi. Menjadikan sebagai nabi, sebagai dukun, pemuka LSM dan pemuka adat dan agama yang tidak memenuhi ketentuan kompetensinya.
Ironisnya dizama konoah ini ada fenomena baru orang masyarakat terhipnotis terhadap orang yang mengaku dirinya habib secara taklid.
Rasulullah SAW bersabda: "Akan datang suatu masa di mana umat-umat lain akan mengerumuni kalian sebagaimana orang-orang mengerumuni hidangan." Para sahabat bertanya, "Apakah karena jumlah kita sedikit saat itu, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Tidak, bahkan jumlah kalian saat itu banyak, tetapi kalian seperti buih di lautan. Allah mencabut rasa takut dari hati musuh terhadap kalian dan menanamkan wahn di hati kalian." Para sahabat bertanya, "Apakah wahn itu?" Beliau menjawab, "Cinta dunia dan takut mati," (HR. Abu Dawud).
Menurut Nugraini (2024), cinta dunia merupakan penyakit hati yang bisa masuk ke dalam kehidupan manusia, bahkan bisa sampai akut. Sudah banyak orang yang sakit jiwa karena urusan dunia, bahkan ada yang rela bunuh diri, mencuri, korupsi, menipu, membegal, dan lain sebagainya.
Itu semua karena urusan harta benda duniawi. Padahal dunia ini hanya wasilah untuk menuju akhirat. Dunia adalah ladang yang harus kita tanam, dan kita petik buahnya di akhirat.
Jika menanam kebaikan maka memetik buahnya di surga, dan apabila menanam keburukan, maka memetik buahnya di neraka.
Cinta dunia melemahkan semangat perjuangan, menjadikan seseorang tamak, dan membuatnya mudah melanggar perintah Allah demi kenikmatan sesaat.
Di antara ciri-ciri cinta dunia adalah tidak suka, bersedekah, malas beribadah, selalu merasa kurang walau sudah kaya, dan menghalalkan segala cara demi keuntungan.
Kedua, takut mati dalam konteks negatif adalah ketakutan berlebihan terhadap kematian karena terlalu mencintai dunia dan tidak siap menghadapi akhirat. Padahal, kematian adalah pintu menuju pertemuan dengan Allah SWT.
Sikap takut mati ini sangat berbahaya karena mengabaikan amal akhirat, tak mau berjihad atau berkorban demi agama serta berpegang erat pada dunia dan lupa bahwa kehidupan akhirat lebih kekal.
Ketiga, riya adalah melakukan ibadah atau amal bukan karena Allah, melainkan karena ingin dipuji atau dilihat orang lain. Ini adalah syirik kecil yang tersembunyi. Riya bisa menghapus pahala amal. Allah tidak menerima amal yang tidak ikhlas.
Abdullah Gymnastiar (2005) mengemukakan bahwa riya adalah perbuatan yang merusak amal shaleh, karena mengharap pujian dari manusia, yaitu seperti api yang membakar kayu bakar. Termasuk juga di dalamnya orang yang tidak jadi ibadah karena takut dipuji.
Rasulullah SAW bersabda: “Yang paling aku khawatirkan atas kalian adalah syirik kecil, yaitu riya,” (HR. Ahmad).
Tanda-tnada riya ini dapat dilihat saat seseorang semangat beramal ketika dilihat orang, malas saat sendiri, menyebut-nyebut amal di depan orang lain, dan ingin mendapat pujian atas amal.
Cinta dunia, takut mati, dan riya adalah penyakit hati yang dapat melumpuhkan iman seorang hamba. Islam mengajarkan keseimbangan dalam memandang dunia dan akhirat, serta pentingnya menjaga keikhlasan dalam setiap amal.
Marilah kita memperbaiki hati, menata niat, dan senantiasa berdoa agar terhindar dari tiga penyakit berbahaya ini. Hanya dengan hati yang bersih dan ikhlas, kita dapat meraih ridha Allah dan keselamatan di akhirat kelak.
***
*) Oleh : Kusai Murroh, S.Pd., S.H., M.H., Founder Rumah Klinik Hukum dan Penasehat Hukum LPPH-BPPKB Banten.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
Pewarta | : Hainor Rahman |
Editor | : Hainorrahman |