https://banten.times.co.id/
Berita

Terseret Angin Hingga Ketinggian 8,6 Km, Tubuh Penerjun Paralayang China Dipenuhi Es

Jumat, 30 Mei 2025 - 11:17
Terseret Angin Hingga Ketinggian 8,6 Km, Tubuh Penerjun Paralayang China Dipenuhi Es Tampak wajah dan tubuh Peng Yujiang tertutup es dan embun beku. (FOTO: New York Times/AP)

TIMES BANTEN, JAKARTA – Seorang penerjun China bernama Peng Yujiang (55) secara tak sengaja tersapu angin hingga ketinggian 28.000 kaki atau kurang lebih 8,6 km - nyaris menyamai ruang udara pesawat komersial.

Awalnya Peng Yujiang penerbang paralayang di provinsi Gansu di China itu, Sabtu pagi bermaksud untuk sekadar menguji sejumlah peralatan. 

Menurut media pemerintah, Peng terbang hampir 8.600 meter di atas permukaan laut, lebih dari 28.200 kaki, atau sekitar 5,3 mil di pegunungan Qilian di provinsi Qinghai dan Gansu di barat laut China.

Kejadian itu direkam dengan kamera yang terpasang pada peralatannya dan menunjukkan kondisi mengerikan yang dialaminya. Peng naik ke ketinggian yang hampir setara dengan puncak Gunung Everest dan jalur penerbangan pesawat komersial.

Wajah dan tubuhnya tertutup es dan embun beku dalam video tersebut, yang awalnya diunggah ke media sosial dan kemudian dibagikan oleh media pemerintah China.

"Saya merasakan kekurangan oksigen. Tangan saya membeku di luar. Saya terus mencoba berbicara di radio," kata Peng dalam sebuah video yang direkam setelah insiden tersebut, menurut Sixth Tone, media berbahasa Inggris milik pemerintah China .

Menurut media setempat, Peng sedang menguji peralatan sebagai bagian dari "pelatihan penanganan darat", sebuah langkah yang menurut para penerjun payung sangat penting untuk mengelola peluncuran yang aman di ketinggian 3.000 meter di atas permukaan laut, atau sekitar 10.000 kaki.

Namun, angin kencang tiba-tiba mengangkatnya ke langit. Ia tidak mampu mengendalikan paralayangnya atau mendarat karena angin semakin kencang dan ia terangkat ke atas awan.

Peng tampaknya menjadi korban fenomena yang berpotensi membahayakan yang disebut oleh paralayang sebagai 'hisap awan' di mana pilot dengan cepat ditarik ke atas menuju awan.

Pada ketinggian ekstrem, orang berisiko mengalami hipoksia, atau kekurangan oksigen, karena udara yang tipis. Hipoksia yang parah dapat menyebabkan kerusakan organ atau kematian.

Meski begitu, Peng kemudian berhasil mendarat sekitar 20 mil jauhnya dari tempat ia lepas landas dalam kondisi kesehatan yang stabil. "Memikirkannya saja masih membuat saya takut." ujarnya usai pulih dari penerbangan mendadaknya, seperti dilansir China Daily, Kamis.

Otoritas olahraga di provinsi Gansu mengatakan pada hari Rabu bahwa Peng adalah atlet paralayang berlisensi, dan akan dilarang mengikuti olahraga tersebut selama enam bulan.Otoritas tersebut juga mencatat bahwa aktivitas terbang di lokasi-lokasi di area tersebut akan ditangguhkan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.

Tetapi asosiasi setempat menganggap insiden atlet Peng itu sebagai kecelakaan, berdasarkan pernyataannya bahwa ia tidak memiliki rencana penerbangan dan sedang menjalani pelatihan penanganan darat, yang tidak mengharuskan peserta untuk mendaftarkan rencana terlebih dahulu.

"Pilot kedua juga dilarang terbang selama enam bulan, karena ia merilis rekaman insiden tanpa izin," kata laporan otoritas tersebut, menurut South China Morning Post .

Bukan yang Pertama

Peng bukanlah penerjun payung pertama yang secara tidak sengaja mencapai ketinggian ekstrem seperti itu.

Pada 2007, Ewa Wisnierska, juara paralayang Polandia yang berkompetisi di tim nasional Jerman juga mencapai ketinggian sekitar 10.000 meter, atau lebih dari 32.000 kaki, dan secara tidak sengaja memecahkan rekor ketinggian paralayang dalam penerbangan latihan di Australia, beberapa hari sebelum Kejuaraan Paralayang Dunia.

Pendakiannya yang sejauh enam mil itu sangat berbahaya, dan dia pingsan di udara, akhirnya mendarat lebih dari 50 mil jauhnya dari tempat dia lepas landas, di sebuah peternakan. Seorang paralayang lain yang terjebak dalam gumpalan awan hari itu tidak selamat.

"Saat ini, saya masih terbang - tetapi hanya untuk bersenang-senang dan memberikan kursus kepada orang-orang yang datang ke sekolah paralayang saya. Bersaing tidak lagi masuk akal bagi saya,” kata Wisnierska kepada majalah People tahun lalu.

"Ini jelas mengubah banyak prioritas dan membuat saya menyadari bahwa ada hal-hal yang jauh lebih penting dalam hidup daripada piala dan medali kejuaraan. Saya sering bertanya pada diri sendiri mengapa saya selamat dan pilot lainnya tidak?" katanya.

Namun yang terjadi pada penerjun paralayang, Peng Yujiang, 55 ternyata lebih berbahaya dilihat dari sisi ketinggiannya yang nyaris melebihi puncak tertinggi dunia, Mount Everest atau area udara pesawat komersial. (*)

Pewarta : Widodo Irianto
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Banten just now

Welcome to TIMES Banten

TIMES Banten is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.